Pesona Serayu

Pesona Serayu
Berawal dari Banjarnegara, sungai Serayu membelah 4 kabupaten mengalir ke Samudera Indonesia.

9 April 2012

Fenomena Anak Gimbal Dieng

===============================================


Gaya rambut gimbal, memang sudah nggak asing lagi untuk ditemui. Mungkin, mereka adalah pengagum bob Marley, atau salah satu pecinta musik reggae. Sampai-sampai, sekarang sudah menjadi gaya hidup kaum remaja kita. Tapi, untuk yang satu ini, rambut gimbal bukanlah sembarang rambut gimbal, lho.
Yap, rambut gimbal. Fenomena ini banyak ditemui pada anak-anak kecil di Dataran Tinggi, Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Rambut gimbal bukanlah genetik yang bisa diwariskan secara turun-temurun. Dengan kata lain, nggak seorangpun tahu, kapan dan siapa anak yang akan menerima anugerah ini. Padahal, mereka terlahir secara normal, sama dengan anak-anak lainnya. Namun, suatu saat rambut mereka berubah gimbal dengan sendirinya. Berbagai penelitian pun sudah dilakukan, namun belum membuahkan hasil.
Keseharian anak-anak gimbal Dieng, nggak jauh berbeda dengan anak-anak lainnya. Hanya saja, mereka cenderung lebih aktif, kuat dan agak nakal. Bahkan, dengan sesama teman anak gimbal, nggak jarang pertengkaran kecil terjadi di antara mereka. Warga Dieng percaya, bahwa mereka adalah keturunan dari pepunden atau leluhur pendiri Dieng. Serta, ada makhluk gaib yang “menghuni” dan “menjaga” rambut gimbal mereka. Konon, leluhur pendiri Dieng, Ki Ageng Kaladite pernah berpesan agar masyarakat benar-benar menjaga dan merawat anak yang memiliki rambut gimbal ini.
Keinginan Yang Harus Dituruti
Ternyata, nggak selamanya mereka punya rambut gimbal, lho. Ada sebuah ritual, dimana rambut ini harus dipotong. Karena, ada kepercayaan, jika dibiarkan hingga remaja maka akan membawa musibah bagi si anak dan keluarganya. Hemm, serem juga ya.
Ritual pemotongan, juga nggak boleh dilakukan sembarangan, lho. Harus ada niat dari anak tersebut untuk menentukan waktunya. Jika dia belum meminta, maka gimbal akan terus tumbuh walaupun dipotong berkali-kali.
Yang paling unik, semua permintaan si anak gimbal, bakal dipenuhi oleh orang tuanya. Apapun permintaan mereka, seaneh dan sesulit apapun, harus disediakan pada saat ritual pemotongan rambut. Misal, seperti sepeda atau sepasang ayam, atau yang aneh seperti sebumbung kentut, hingga yang sulit dipenuhi seperti satu truk sapi atau mobil sedan. Wah, ada-ada saja ya, hehe.
Tapi, permintaan yang sulit dan aneh mereka, masih bisa diakali dan fleksibel, kok. Seperti, jika anak gimbal itu meminta satu truk sapi misalnya, si orangtua cukup membeli satu kilogram daging sapi dan meletakkannya di atas truk. Atau, jika meminta mobil sedan pun bisa dikabulkan dengan membelikan mainan berupa mobil-mobilan berbentuk sedan, hehe.
Masyarakat setempat percaya, bahwa semua keinginannya harus dipenuhi. Karena kalau tidak, anak itu akan menderita sakit. Selain itu, orang Dieng menganggap bahwa anak gimbal adalah berkah yang akan membawa keberuntungan bagi mereka.
Ritual Ruwatan Massal

Setiap bulan Agustus atau Sura dalam penanggalan Jawa, diadakan prosesi ruwatan massal di kompleks Candi Arjuna. Dimana, anak-anak gimbal dimandikan dengan air dari 7 mata air, diarak dan dilempari beras kuning dan uang koin, kemudian dipotong rambutnya oleh pemuka adat yang kemudian melarungnya di Telaga Warna. Namun, ada juga yang memilih untuk melakukan prosesi dan acara sendiri.
Terkadang, muncul rasa nggak tega ketika melihat anaknya harus memakai ikat kepala putih dan selendang dari kain mori yang biasa digunakan untuk membungkus mayat. Apalagi, prosesi pelemparan beras kuning dan uang koin juga biasa dilakukan untuk upacara pemakaman jenazah orang yang sudah meninggal.
Memang, fenomena anak gimbal ini sudah lazim di kalangan masyarakat Dieng. Tetapi, bagi orang luar, ini adalah sesuatu yang aneh, unik, dan mungkin sulit diterima dengan logika. Yang jelas, anak-anak tersebut seperti menjadi “raja” yang akan dikabulkan semua keinginannya, hingga masa ketika tiba waktu untuk dipotong mahkota gimbalnya.

Bagi ummat Islam, fenomena seperti ini tentunya sesuatu yang harus disikapi dengan bijaksana sesuai kaidah Aqidah agama Islam. Jangan sampai aqidah yang sudah dibangun dengan susah payah, tergadaikan dengan fenomena kepercayaan yang sudah turun temurun, seunik dan senyeleneh apapun.


Sumber yogyes.com

Maret 26th, 2012

Edit : Banjarnegara City, April 09th, 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar