Pesona Serayu

Pesona Serayu
Berawal dari Banjarnegara, sungai Serayu membelah 4 kabupaten mengalir ke Samudera Indonesia.

10 April 2012

" POHON GAJAH " di Banjarnegara

 ========================================
Apa kiranya kata yang terucap ketika kita menyaksikan fenomena pohon ini. Sebuah pohon beringin yang tumbuh di tengah pemakaman umum di desa Rejasa, Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, sebenarnya secara umum tak beda dengan kebanyakan pohon beringin lainnya, ia memiliki batang pohon yang besar serta rerimbunan dedaunan.

Melihat tempat hidupnya serta besarnya pohon beringin ini, rasanya mustahil ada orang yang iseng, naik ke atas pohon, memotong ranting dan dahannya, membentuk pohon beringin ini menjadi sebuah pohon yang berbentuk menyerupai bentuk seekor gajah. Juga mustahil rasanya apabila pohon ini dibentuk dari kecil oleh seseorang, untuk kemudian si pembentuk berharap ketika besar pohon ini akan tetap berbentuk sesuai yang dibentuknya ketika ia masih kecil. 

“Pohon Gajah”, inilah julukan yang digunakan oleh seorang anak kecil ketika ia pertama kali melihatnya dan berteriak teriak untuk memberitahukan “penemuannya” kepada ayahnya. “Abi….!! Ada pohon gajah !!!  Abi, ada pohon gajah !!!” teriak anak tersebut ketika itu. Abi, adalah sebuah panggilan seorang anak kepada ayahnya, selain dengan sebutan ayah, bapak, abah, ayahanda dll.  

Ketika kita perhatikan pohon tersebut memang mirip bentuk seekor gajah, ia memiliki bentuk belalai, bentuk kepala, dan bentuk badan yang cukup proporsional untuk disebut sebagai “pohon gajah”. Hanya barangkali kurang satu hal yang belum terdapat pada pohon ini, yaitu bentuk telinga gajah yang juga menjadi trade mark seekor gajah. Akan tetapi, kekurangan “telinga” tersebut tidaklah lantas mengurangi fenomena “pohon gajah” yang cukup pantas disematkan kepadanya. 

“Pohon Gajah” ini akan terlihat jelas apabila dilihat dari arah sebelah timur, sekitar jembatan sungai Serayu dari arah Gayam, yang menjadi perbatasan Kecamatan Banjarnegara dan Kecamatan Madukara. Atau dapat juga dilihat dari sekitar SMPN 3 Banjarnegara, terutama akan tampak jelas apabila pepohonan albasia yang menghalangi pemandangan ke arah “pohon gajah”” tersebut disingkirkan. 

Bagi seorang muslim, fenomena bentuk “pohon gajah” adalah salah satu sarana tadabbur alam / memikirkan alam ciptaan Allah SWT, karena tidak mungkin hal tersebut terjadi dengan sendirinya. Sebagaimana fenomena alam lainnya seperti gunung yang menjulang, laut yang luas membentang, ombak yang tenang dan yang tinggi bergelombang, atau hamparan tanah yang kering kerontang, tentunya ia terjadi karena ada yang menghendakinya terjadi. “Kun, fayakun”, ketika Allah SWT sudah berkehendak sesuatu terjadi, maka terjadilah ia, tanpa ada satu halpun yang bisa menghalanginya.  

Maka bagi seorang muslim,” Subhanallah” adalah rangkaian kata yang paling pantas untuk diucapkan ketika ia melihat fenomena fenomena alam yang menakjubkan. Subhanallah, disamping sebuah kalimat dzikir qouliyah (dzikr dengan ucapan), ia juga merupakan pertanda kedalaman berfikir seseorang akan esensi penciptaan alam semesta, bahwa alam semesta ada yang menciptakan dan ada yang mengatur hingga detail detail di dalamnya. 

Subhanallah, juga merupakan sebuah bentuk pengakuan seorang hamba akan kedigdayaan Sang Maha Pencipta, bahwa Allah SWT Maha Sempurna akan segala ciptaan-Nya, sementara dirinya hanyalah seorang hamba yang lemah dan sedikit ilmunya. Subhanallah, juga merupakan sebuah pengakuan akan kelemahan diri seorang hamba, bahwa ia membutuhkan pertolongan Allah SWT dalam mengarungi dan menyelesaikan tugas kehidupannya di dunia.

Dalam Al Qur’an surat Ali Imron {3} : 190-191 Allah SWT berfirman : 

“ Inna fii kholqis samaawaati wal ardhi, wakhtilaafil laili wan nahaar, la aayaatil li ulil albaab. Al ladziina  yadz kuruunallaaha qiyaaman, wa qu’uudan, wa ‘alaa junuubihim, wa yatafakkaruu na  fii kholqis samaa waati wal ardh. Robbanaa maa kholaqta haadza baathila, subhaanaka faqinaa ‘adzaa ban naar”

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, serta dalam perputaran malam dan siang, ada tanda tanda bagi orang yang berfikir (ulil albaab). Yaitu orang-orang yang mengingat Allah SWT baik dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaringnya mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi.  Mereka berkata : Yaa Robb kami, sesungguhnya apa yang Engkau ciptakan tiada yang sia-sia, maka lindungilah kami dari siksa api neraka”

Banjarnegara City, 10 April 2012
15.00 wib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar