Rabu, 14 Maret 2012 | 18:26 WIB
BANJARNEGARA, KOMPAS.com — Dewan Kesenian Banjarnegara, Jawa Tengah, akan mengadakan
Festival Ketoprak Banjarnegara I pada 20 dan 21 April mendatang di Aula SMA I
Bawang. Ajang tersebut diharapkan mampu mengembalikan khazanah seni ketoprak di
Banjarnegara yang selama puluhan tahun mati suri.
Wakil Ketua Penyelenggara Festival Ketoprak Banjarnegara, Giri Praptono, Rabu (14/3/2012), mengatakan, festival ketoprak tersebut diharapkan bisa diikuti oleh semua grup ketoprak yang ada di Banjarnegara yang tersebar di seluruh kecamatan.
"Selama ini kesenian ketoprak di Banjarnegara sebenarnya ada namun sedang mati suri. Belum lama kesenian ketoprak kami coba kembangkan lagi, salah satunya kami tampilkan dalam pagelaran ketoprak di pendapa kabupaten, ternyata mendapat apresiasi dari para penggemar ketoprak," katanya.
Belum lama ini grup ketoprak Pemkab Banjarnegara, Serayu Langen Budaya, juga mengawali penampilannya di pasar kuliner taman kota Banjarnegara.
Wakil Ketua Penyelenggara Festival Ketoprak Banjarnegara, Giri Praptono, Rabu (14/3/2012), mengatakan, festival ketoprak tersebut diharapkan bisa diikuti oleh semua grup ketoprak yang ada di Banjarnegara yang tersebar di seluruh kecamatan.
"Selama ini kesenian ketoprak di Banjarnegara sebenarnya ada namun sedang mati suri. Belum lama kesenian ketoprak kami coba kembangkan lagi, salah satunya kami tampilkan dalam pagelaran ketoprak di pendapa kabupaten, ternyata mendapat apresiasi dari para penggemar ketoprak," katanya.
Belum lama ini grup ketoprak Pemkab Banjarnegara, Serayu Langen Budaya, juga mengawali penampilannya di pasar kuliner taman kota Banjarnegara.
"Dalam pementasannya kemarin di
taman kuliner, grup ketoprak Serayu Langen Budaya menampilkan ketoprak yang
dikemas dalam ketoprak modern yang sesekali diselingi humor segar sehingga
tidak membuat penonton bosan," tambahnya.
Dalam festival nanti peserta diwajibkan membawakan satu cerita sejarah Banjarnegara seperti cerita babad atau carangan dan tidak menyinggung SARA dengan durasi maksimal 90 menit.
"Peserta juga diminta menyerahkan sinopsis dan masing-masing grup maksimal 30 orang yang terdiri dari niaga dan pemain. Penjurian akan dilakukan oleh praktisi ketoprak, seniman ketoprak dari luar Banjarnegara, serta juri kehormatan yang ditunjuk," lanjutnya.
Dalam festival tersebut juga akan dipilih cerita terbaik, pemeran terbaik, sutradara (pengatur laku) terbaik, penampilan terbaik I, II, dan III, serta grup favorit pilihan penonton.
Ketua Dewan Kesenian Banjarnegara Tjundaroso mengatakan, pada era 1980-an kesenian ketoprak pernah berjaya di Banjarnegara. Namun di tahun 1990-an kesenian itu menghilang.
"Kami berniat menghidupkan kembali kesenian ketoprak di Banjarnegara. Lewat kesenian ini juga akan kami ceritakan sejarah Banjarnegara. Jika dikemas dengan baik sesuai dengan kondisi saat ini, kami yakin akan digemari generasi muda," katanya.
Dalam festival nanti peserta diwajibkan membawakan satu cerita sejarah Banjarnegara seperti cerita babad atau carangan dan tidak menyinggung SARA dengan durasi maksimal 90 menit.
"Peserta juga diminta menyerahkan sinopsis dan masing-masing grup maksimal 30 orang yang terdiri dari niaga dan pemain. Penjurian akan dilakukan oleh praktisi ketoprak, seniman ketoprak dari luar Banjarnegara, serta juri kehormatan yang ditunjuk," lanjutnya.
Dalam festival tersebut juga akan dipilih cerita terbaik, pemeran terbaik, sutradara (pengatur laku) terbaik, penampilan terbaik I, II, dan III, serta grup favorit pilihan penonton.
Ketua Dewan Kesenian Banjarnegara Tjundaroso mengatakan, pada era 1980-an kesenian ketoprak pernah berjaya di Banjarnegara. Namun di tahun 1990-an kesenian itu menghilang.
"Kami berniat menghidupkan kembali kesenian ketoprak di Banjarnegara. Lewat kesenian ini juga akan kami ceritakan sejarah Banjarnegara. Jika dikemas dengan baik sesuai dengan kondisi saat ini, kami yakin akan digemari generasi muda," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar