Melihat Kemahiran Penyandang Tunanetra Mengolah Bola
Para penyandang tunanetra Semarang saat bermain sepak bola (angling ap/detikcom)
Semarang
Dengan segala keterbatasannya, Usman Junaedi, penyandang
tunanetra asal Banjarnegara tampak cukup lihai mengolah bola. Ia mampu
menggiring si kulit bundar dan bahkan menjebol gawang lawan.
Sejak kecil, pria berusia 35 tahun tersebut memang menyukai sepak bola. Ia sudah terbiasa melatih insting dan pendengarannya saat bermain bola dengan teman-temannya yang memiliki fisik normal.
"Saat kenetraan saya masih sedikit, saya sudah suka sepak bola. Biasanya main sama teman-teman dan mereka memaklumi saya," kata Usman usai menjalani pertandingan bola melawan tim dari Purworejo di ajang Turnamen Sepak Bola Tunanetra Se-Pertuni (Persatuan Tunanetra Indonesia) Jawa Tengah di lapangan Balai Pelatihan Pendidikan Kejuruan (BP Dikjur), Jalan Brotojoyo nomor 1 , Semarang, Kamis (14/6/2012).
Selama pertandingan, Usman hanya bisa mengandalkan pendengaran dari suara bola yang diisi gotri dan suara drum yang dibunyikan di belakang gawang lawan. Dalam indera pengelihatannya, sebuah benda hanya terlihat sebagai bayangan hitam sedangkan jika ada sedikit cahaya yang masuk ke mata, maka Usman akan merasa sangat silau oleh karena itu sepanjang pertandingan ia terus mengenakan kacamata hitam. Meski demikian ia berhasil menjebol gawang lawan.
"Sensasi bisa ngegolin hanya dengan feeling dan suara kentongan. Waktu nendang juga bolanya tidak jelas ada di mana," ungkapnya.
Pertandingan berlangsung seru karena para pelatih harus memberi komando kepada para pemain yang terlihat bersemangat mengejar bola dengan mengandalkan suara. Tabrakan antar pemain pun kerap terjadi, meski demikian beberapa pemain termasuk Usman mampu menggiring bola dan menendang ke sasaran seolah ia tidak memiliki kekurangan fisik.
Sementara itu ketua panitia turnamen, Indra Kurniawan dari Pertuni mengatakan pihaknya menyelenggarakan pertandingan dengan lingkup kabupaten/kota se-Jateng, namun hingga turnamen digelar baru 9 kabupaten/kota yang mendaftar.
"Yang ikut kali ini Kudus, Semarang, Salatiga, Temanggung, Wonosobo, Banjarnegara, Magelang, Purworejo, dan Brebes," terang Indra.
"Harapannya paling tidak persaudaraan semakin erat dan bisa memiliki jiwa sportivitas," imbuhnya.
Untuk pertandingan sepak bola khusus tunanetra, panitia menyiapkan lapangan seluas 20x30 meter dan ukuran gawang 2x2 meter. Perlengkapan lainnya adalah bola berisi gotri agar bisa diikuti dengan pendengaran dan kentongan atau drum untuk menandakan letak gawang.
"Untuk anggota tim ada enam orang terdiri dari tiga penderita tunanetra total, dan tiga lainnya low vision," kata Indra.
Melihat semangat penyandang tunanetra saat mengikuti turnamen, Kepala Dinas Pemuda dan Olah Raga Provinsi Jawa Tengah, Budi Santoso mengatakan pihaknya akan membuat aturan baku untuk olah raga sepak bola khusus penyandang tunanetra.
"Nanti akan disusun aturan baku terkait luasan lapangan dan aturan lainnya," katanya.
Aturan baku tersebut nantinya akan diajukan ke National Paralympic Committe (NPC) tingkat daerah hingga internasional dengan harapan bisa membawa sepak bola out door khusus tunanetra diselenggarakan pada tingkat dunia.
"Semoga ditingkatkan ke lebih tinggi yaitu Asean, Asia, bahkan Olimpiade untuk difabel," ungkap Budi.
Harapan itu pun ada di benak Usman dan rekan-rekannya sesama penyandang tunanetra. Ia bahkan mengaku siap jika harus mewakili Indonesia di ajang internasional.
"Bahkan jika FIFA mengadakan sepak bola khusus orang-orang seperti kami, maka kami siap mewakili Indonesia," kata Usman dengan semangat.
Angling Adhitya Purbaya - detikNews
Kamis, 14/06/2012 17:06 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar